Jakarta - Internasional Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) kembali digelar, 14-17 Maret 2014 di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Perhelatan tahun 2014 ini mengusung tema "Green Living for a Better Future".
Acara ini bertujuan mendorong kinerja ekspor mebel dan kerajinan Indonesia ke mancanegara. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Taufik Gani, Jumat (14/3).
"Target ekspor furnitur diharapkan mampu mencapai atau menembus US$3 miliar pada tahun ini dan US$5 Miliar dalam jangka waktu lima tahun ke depan," ujarnya.
"Saya optimis IFFINA dapat mengangkat brand image mebel dan kerajinan dari Indonesia di mata dunia," tambahnya.
Nilai ekspor furnitur Indonesia sendiri dari tahun ke tahun masih fluktuatif. Di tahun 2009, nilai ekspor berada di angka US$1,37 miliar. Tahun 2010 tercatat US$1,16 miliar, 2011 di angka US$1,38 miliar, dan pada tahun 2012 berada di angka US$1,4 miliar.
"Produk furnitur yang berkonsep hijau merupakan salah satu cara efektif untuk menggenjot nilai ekspor melalui pameran berskala internasional seperti IFFINA," ujarnya.
Pada Perhelatan sebelumnya, terdapat 3.663 pembeli yang hadir dalam IFFINA dan berasal dari 115 negara. Nilai transaksi yang diperoleh sebesar US$400 juta.
Tahun ini Gani menargetkan 4.500 pembeli dari 120 negara di dunia hadir dalam pameran ini. Target transaksi disebutkan berada di angka US$500 juta.
"Kesempatan ini harus dimaksimalkan. Kita berharap penetrasi terhadap usaha-usaha kreatif melalui pameran ini kian kuat," ujar Gani.
Pada pelaksanaan hari pertama turut hadir Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan. Ia tidak sepakat dengan peningkatan ekspor kayu.
"Untuk ekspor log (kayu), itu saya tidak setuju. Biarkan bahan bakunya buat teman-teman kita di sini (Indonesia)," katanya.
Penulis: Muhammad Fajar/Meissa Putri/FMB
Acara ini bertujuan mendorong kinerja ekspor mebel dan kerajinan Indonesia ke mancanegara. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Taufik Gani, Jumat (14/3).
"Target ekspor furnitur diharapkan mampu mencapai atau menembus US$3 miliar pada tahun ini dan US$5 Miliar dalam jangka waktu lima tahun ke depan," ujarnya.
"Saya optimis IFFINA dapat mengangkat brand image mebel dan kerajinan dari Indonesia di mata dunia," tambahnya.
Nilai ekspor furnitur Indonesia sendiri dari tahun ke tahun masih fluktuatif. Di tahun 2009, nilai ekspor berada di angka US$1,37 miliar. Tahun 2010 tercatat US$1,16 miliar, 2011 di angka US$1,38 miliar, dan pada tahun 2012 berada di angka US$1,4 miliar.
"Produk furnitur yang berkonsep hijau merupakan salah satu cara efektif untuk menggenjot nilai ekspor melalui pameran berskala internasional seperti IFFINA," ujarnya.
Pada Perhelatan sebelumnya, terdapat 3.663 pembeli yang hadir dalam IFFINA dan berasal dari 115 negara. Nilai transaksi yang diperoleh sebesar US$400 juta.
Tahun ini Gani menargetkan 4.500 pembeli dari 120 negara di dunia hadir dalam pameran ini. Target transaksi disebutkan berada di angka US$500 juta.
"Kesempatan ini harus dimaksimalkan. Kita berharap penetrasi terhadap usaha-usaha kreatif melalui pameran ini kian kuat," ujar Gani.
Pada pelaksanaan hari pertama turut hadir Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan. Ia tidak sepakat dengan peningkatan ekspor kayu.
"Untuk ekspor log (kayu), itu saya tidak setuju. Biarkan bahan bakunya buat teman-teman kita di sini (Indonesia)," katanya.
Penulis: Muhammad Fajar/Meissa Putri/FMB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar