Selasa, 04 Maret 2014

Cegah Penurunan Ekspor, 8 Perusahaan Boleh Ekspor Konsentrat

Merdeka.com - Hingga Februari 2014, Kementerian Perdagangan sudah memberikan izin ekspor konsentrat mineral kepada delapan perusahaan tambang. Langkah ini dipercaya bisa menghambat penurunan nilai ekspor akibat pelarangan ekspor mentah (ore material) yang berjalan sejak 12 Januari lalu.

Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Bachrul Chairi di Jakarta, Selasa (4/3). Dia mengatakan potensi anjloknya nilai ekspor hingga USD 6 miliar tahun ini, dapat ditekan, selepas ada izin ekspor kepada beberapa perusahaan itu.


"Sudah ada 8 yang sudah bisa ekspor. Diperkirakan bisa USD 2 miliar di-offset. kekurangannya jadi tidak USD 6 miliar," ujarnya.

Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (Minerba) masih membuka ruang ekspor bagi produk yang sudah diolah hingga kadar tertentu, istilah teknisnya konsentrat. Selain mengurus izin ekspor ke Kemendag, perusahaan wajib membayar bea keluar bervariasi, tergantung jenis komoditas dan tingkat pengolahan.

Sebagai gambaran, konsentrat tembaga yang diolah hingga 30 persen, dikenai bea keluar 20 persen. Tetapi perusahaan tambang tak boleh berleha-leha, saban enam bulan, besaran bea keluar akan ditingkatkan hingga 2017.

"Dengan kita tidak ekspor ore lagi kita tidak ekspor berlebihan dan mencemari lingkungan. ke arah sana. keuntungannya jauh lebih besar daripada kita lepas (ekspor mentah)," kata Bachrul.

Selain delapan perusahaan tadi, Ditjen Perdagangan Luar Negeri juga masih menerima permohonan ekspor dari produsen tambang lainnya. Oleh karenanya, Bachrul optimis potensi penurunan nilai ekspor dari komoditas mineral tak sebesar dugaan awal.

"Bukan hanya mineral saja, batu-batuan juga termasuk. Beberapa sudah ada yang memasukkan (izin), balok-balok, slag, itu sudah mengajukan izin. Akan lebih besar lagi," ungkapnya.

Untuk neraca perdagangan Januari, pelarangan ekspor bahan mentah terbukti memberikan dampak negatif. Defisit mencapai USD 430,6 juta. Selain impor hasil minyak tetap tinggi, sektor mineral tak lagi banyak menyumbangkan devisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar